Pages

Blog Archive

Friday, November 26, 2010

Makalah laskar pelangi


Makalah Novel
“Laskar Pelangi”


Nama :Ariadi Pradana/7
Kelas : 7E

Sinopsis Novel
Pagi itu saat aku(Ikal) masih kecil , aku duduk di sebuah kelas. Ayahku duduk disampingku. Begitu juga anak-anak lainnya. Mereka duduk di bangku lainnya dengan orang tua mereka. Hari itu adalah hari yang agak penting : hari pertama masuk SD.
SD itu bernama SD muhammadiyah. Terlihat 2 orang guru berdiri di depan pintu yang sudah rusak. Seorang bapak berwajah sabar, Bapak Harfan Efendy Noor , dan seorang wanita muda berjilbab, ibu N.A Muslimah Hafsari. Wajah mereka kelihatan gelisah, karena anak yang mendaftar hanya Sembilan orang. Sedangkan jika pendaftar kurang dari sepuluh orang, maka sekolah ini yang hampir rubuh ini, akan ditutup oleh pemerintah. Semua anak di kelas ini sudah ku kenal. Kecuali seorang anak lelaki kotor berambut keriting merah. Semua adalah teman baikku, Trapani misalnya, atau Kucai dan Syahdan. Kami bertetangga dan kami adalah orang-orang melayu Belitong dari sebuah komunitas miskin.
Karena telah lama menunggu, diam-diam pak Harfan menyiapkan pidato penutupan sekolah. Semua orang di kelas ini terlihat gelisah. Senyum bu Mus pun hilang. “ kita tunggu sampai jam 11” kata pak Harfan. Sampai jam 11.05 belum pula genap sepuluh orang. Akhirnya pak Harfan membacakan pidato penutupan sekolah. Baru sampai kata “ Assalamualaikum” tiba-tiba Trapani berteriak “ Harun!!!” ke ujung pinggir lapangan. Ternyata ada seorang laki-laki berbadan kurus tinggi yang berjalan terseok-seok. Harun sudah berusia 15 tahun, tapi mentalnya terbelakang. Kakinya berbentuk ‘x’. Semua orang sangat senang.
Bu Mus mendekati setiap orang tua murid, dan berbincang-bincang. Lalu ia membagi tempat duduk kami. “ anak pak Cik akan duduk bersama Lintang”. Ternyata anak kecil kotor itu Lintan namanya. Lintang adalahseorang anak nelayan. Ayahnya ingin merubah generasi keluarganya agar tidak menjadi orang miskin sepertinya. Lintang berasal dari Tanjung Kelumpang, desa yangjauh dari sekolah ini. Menuju kesana harus melewati empat pohon nipah,tempat  berawa rawa yang dianggap seram. Hampir empat puluh kilometer

jaraknya dari sekolah kami. Tak jarang ada buaya besar melintasi jalan dari sekolah ke rumah Lintang. Ia menempuh perjalanan menggunakan sepeda.
Ketika aku menyusuri Lintang ke kelas , ia langsung menyalamiku dengan kuat dan penuh semangat. Kurasakan energi yang berlebihan terdapat dalam tubuhnya.
Umumnya , Bu Mus mengelompokkan kami berdasarkan kesamaan. Aku dan Lintang dikelompokkan bersama karena memiliki rambut Ikal. Trapani dikelompokkan dengan Mahar karena mereka paling tampan. Tapi Borek dikelompokkan dengan Kucai karena mereka paling susah diatur. Baru beberapa saat dikelas saja, Borek sudah mencorang muka Kucai dengan penghapus papan tulis. Hal itu diikuti Sahara yang sengaja menumpahkan minum A Kiong. Anak Hokain itu pun menangis sejadi-jadinya.
Tak sulit melukiskan sekolah kami. Sekolah kami hampir mau rubuh. Tak ada foto presiden dan wakilnya, tak ada kotak P3K, tak ada kertas kali-kalian, dan atapnya pun bolong-bolong. Hanya ada tiang bendera dan papan tulis hijau dengan tulisan “ amar makruf nahi mungkar” artinya “menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar” yang menggambarkan bahwa bangunan ini adalah sekolah.
Tak juga sulit menggambarkan Pak Harfan. Ia berjenggot dan berkumis. Ia sering menceritakan kisah-kisah islami yang memotivasi kami. Begitu juga saat itu,setelah Pak Harfan bercerita, kelas diambil alih oleh Bu Mus. Bu Mus meminta kami memperkenalkan diri. Lalu sampailah di giliran A Kiong. Berkali-kali ia diminta berbicara namun ia hanya tersenyum
Aku pernah membaca kisah tentang wanita yang membelah karang, wanita yang rela mengambil resiko tertular penyakit berbahaya demi menyembuhkan seorang anak, dan sejenisnya. Di sekolah ini aku sering melihat kisah-kisah semacamnya dari perempuan muda ini. N.A Muslimah Hafsari Hamid binti K.A Abdul Hamid. Walaupun hanya bermodal ijasah SKP( Sekolah Kepandaian Putri) namun beliau bertekad meneruskan cita-cita ayahnya. Yaitu menjadi pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong. Bu Mus adalah guru yang pintar,karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Ia juga sering mengingatkan kita tentang solat.
PN adalah nama perusahaan timah di Belitong. Perusahaan itu menjaga jarak dengan buruh seperti kami. Mereka membuat perbatasan dengan tembok bertulisan “ DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK”. Rumah-rumah di dalam komplek itu mewah. Bergaya Victoria dan berjejer pula mobil mewah di garasinya. Halaman tiap rumah sangat luas. Dengan kolam dan danau buatan.  Ada seorang anak perempuan bernama Flo. Ia anak yang tomboy. Mungkin karena semua saudaranya laki-laki.
Jika di zoom out, kampong kami adalah kampung paling kaya di Indonesia. Dengan tanah yang mengandung unsur bahan tambang. Namun jika di zoom in, kekayaan kampung kami hanya ada di dalam tembok bertuliskan “DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK”. Seperti langit dan bumi.Sekolah-sekolah PN timah menjadi center of excellence. Sekolah itu sangat mewah. Dan suka didatangi para dewan. Kepala sekolahnya ibu Frisca namanya. Dari dandanannya sudah kelihatan kalau beliau orang berkelas.
Kami sangat senang jika melihat pohon filicium di sekolah kami. Banyak kejadian yang menyenangkan untuk dilihat.kalau Lintang berkuasa di otak kiri, Mahar lah yang berkuasa di otak kanan. Ia menjadi penyeimbang kelas kami. Kalau tidak ada Mahar, perahu kelas kami sudah tertarik ke kiri karena kecerdasan Lintang.
Pada hari itu, setelah bertahun-tahun  sekolah di Muhamadiyah, Lintang sudah berhari-hari tak masuk sekolah. Kami penasaran bukan main. Siangnya, Bu Mus mendapat surat dari Lintang. Ternyata ayahnya telah meninggal. Ia terpaksa berhenti sekolah  karena harus membiayai empat belas orang. Dalam surat itu, Lintang akan ke sekolah esok hari. Aku sangat mengerti hancurnya hati Lintang.
Esoknya, setelah ditunggu-tunggu. Lintang pun datang. Wajahnya polos, tak bisa menerima kenyataan. Kami berpelukan satu per satu. Aku tak punya kata-kata untuk berpisah. Terlalu sedih untuk mengatakannya. Hari ini adalah hari yang amat menyedihkan.
12 TAHUN KEMUDIAN…
Aku sudah menyelesikan kuliah di Universitas Indonesia. Dan aku akan melanjutkan kuliah di paris. Sebelum pergi ke Paris,aku akan berpamitan dan berterimakasih kepada teman-teman,guru, dan orang orang lainnya yang berada di Belitong. Ketika di Belitong,aku bertemu Lintang. Ia hanya menjadi supir truk. Namun ia dikaruniai anak yang sangat cerdas.
Sinopsis Pemakalah
Dulu, di SDN 1001 aku(Andi) bersekolah. Aku mempunyai sebelas teman sekelas. Sekolahku jelek dan sudah hampir rubuh. Nama gurunya adalah Ibu Fia dan Pak Aep. Mereka adalah guru yang sangat baik. Mereka juga pantang menyerah. Teman sebangku ku bernama Bintang. Ia anak yang sangat cerdas. Ia juga mempunyai semangat untuk maju. Ayahnya seorang supir miskin. Rumahnya jauh dari sekolah. Berjarak tiga puluh kilometer. Tapi ia tak pernah bolos. Ia adalah sahabatku. Aku sangat mengaguminya. Namun sayang, ia terpaksa berhenti sekolah karena orang tuanya bercerai. Tak ada yang mampu membiayai sekolahnya. Nasibnya sangat malang. Setelah lama berpisah, kami bertemu kembali. Sedihnya, ia hanya menjadi nelayan. Lalu aku mangajaknya, isrtrinya, dan anaknya untuk pergi ke kota. Agar Bintang bisa mencari pekerjaan yang lebih layak untuknya. Ia ku jadikan asisten manajer. Walaupun pendidikannya hanya SMA. Namun ku yakin, kemampuannya lebih.
Watak tokoh
Tokoh
Watak
Bukti
Lintang
Cerdas,mempunyai semangat juang tinggi,mudah bergaul,mau berusaha,berani,rajin,rendah hati,baik hati
12,87,101,102,105,106,107,108,109,111,467-472,
Syahdan
Suka membantu orang tua,
67,68,
A Kiong
Cengeng,naif,tidak peduli,
14,68,254-258
Pa Harfan
Baik,suka membaca,tidak mengharap imbalan,soleh,motivator,pembangkit semangat.
2-6,17-24,
Bu mus
Berani,pintar,karismatik,pantang menyerah,baik hati.
231-248,29-33
Ikal
Rajin,suka membaca,rela berkorban,pintar.
459-463,467-472
Mahar
Kreatif,motivator,baik hati.
246,314-340,
kucai
Susah diatur,tegas,mempunyai jiwa pemimpin.
70-74,69-70,
Trapani
Baik,suka membantu,tidak nakal.
452-453,
Borek
Kuat,memaksa,tidak mengenal ampun,tidak memperhatikan kondisi dan dampak perbuatannya.
78-82
Harun
Tenang,murah senyum,keanak-anakan.
77
Sahara
Penuh perhatian,kepala batu,susah diberi tahu,temperamental,emosional.
75,77,401-405
Flo
Tomboy,terkadang malas,bodoh.
46-47,402-403

Pesan Pengarang
Kita harus rajin dan pantang menyerah. Harus mempunyai daya juang tinggi agar bisa menggapai cita-cita. Berani melewati tantangan demi kemenangan.
Tokoh favorit
Lintang, karena ia sangat cerdas,pantang menyerah, dan berani. Namun sayang, ia harus berhenti sekolah karena ayahnya meninggal

No comments:

Post a Comment